326
Kamu sedang berbohong dan aku sedang pura-pura tidak tahu
327
Sebetulnya, salah itu wajar. Ngeyelnya yang enggak wajar
328
Libur, tapi otak masih kerja keras. Healing, tapi hati belum juga sembuh. Haha-hehe di keramaian, tapi diam-diam merasa kesepian. Benci dibohongi, tapi sering menipu diri sendiri. Kita bukan pemain film, tapi jago sekali akting, ya
329
Tuhan, mauku enggak banyak. Satu aja. Tapi susah. Susah banget. Bangetnya kebangetan. Tapi, bisa kali, ya, Tuhan.
Aamiin
330
Aku orang, bukan bahasa pemrograman. Butuh diberi pengertian, bukan dikasih kode
331
Kirain diri ini sudah pulih. Ternyata masih ada satu kenangan buruk yang ketika dikorek-korek bikin merinding, mual, dan sakit di ulu hati
332
Udah sering memperingatkan diri sendiri, kalau jatuh hati bawa juga kepala, supaya bisa mikir. Eh, malahan hatinya keras kepala, kepalanya keras hati
333
Makin hari, makin lupa bahwa keadaan pernah baik-baik aja
334
Semua harga naik, kecuali harga diri 🥲
335
Kamu baik banget. Jatuh hati dikasih bonus patah hati wkwkwk sad
336
Ditelaah dulu. Bosan sama orangnya, atau situasinya? Yang perlu diganti orangnya, atau suasananya? Yang bermasalah orangnya, atau komunikasinya? Kadang kita terlalu emosi sampai lupa, cuma perlu membetulkan, bukan membuang
337
Tanpa terasa kembali bulan Juni.
Kau dan aku masih saja begini
338
Nge-mute kamu adalah jalanku menuju ketenangan
339
Dipuji bukannya bersyukur, malah kepikiran
340
Hidup ini penuh kepalsuan. Tapi beli apa-apa harus pakai uang asli 😩
341
Kangennya kayak tahu bulat. Dadakan
342
“Lucu banget dah gue.”
.
— Aku pada cermin
343
Rezeki tidak akan tertukar, cuma keselip di kantong rekan kerja yang lebih jago ngejilat atasan
344
Lagi diam, ada yang ngomongin. Balas ngomong, eh didebat. Ngedebat balik, ada yang nyinyir. Ikutan nyinyir, disuruh tobat. Mau tobat, dibilang pencitraan. Pas pencitraan, baru deh pada percaya. Susah emang jadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa
345
Terlalu malas untuk lanjut, terlalu sayang untuk berhenti
346
“Kayaknya waktu kecil dulu, bukan ini yang ku mau.” Kita dipaksa jadi orang lain oleh kerasnya hidup
347
Sudah. Enggak ada yang harus disesali. Setidaknya, sekali dalam seumur hidup, pernah bareng
348
Jalannya terjal dan berliku, tapi bareng kamu, aku ayo aja
349
Diam-diam menangis. Berusaha enggak kedengeran orang rumah. Setelah lega, pura-pura biasa aja. Kebiasaan, apa-apa dipendam sendiri
350
Mau nonjok tapi jauh. Didiamkan tapi tingkahmu makin menjadi-jadi