Fiersa Besari(@FiersaBesari)さんの人気ツイート(いいね順)

151
Sering banget mau nimbrung ngobrol, tapi pas dilihat-lihat, udah banyak orang pintar yang adu argumen. Ujungnya cuma nyimak aja
152
Bukannya tertutup. Tapi, kalau udah cerita, suka susah ngerem
153
Bahas apa pun juga menyenangkan kalau sama-sama suka. Karena pada akhirnya, PDKT adalah tentang menyamakan frekuensi, bukan gede-gedean gengsi; tentang menyatukan pikiran, bukan pamer pemikiran; tentang saling mendewasakan, bukan saling mendewakan
154
Tidur yang enggak lagi nyenyak. Bangun yang enggak lagi nikmat. Keluh kesah dipendam. Rasa sakit didiamkan. Kemudian, terbiasa
155
Pasti ada aja orang gibahin kita. Enggak bisa dicegah, cuma enggak perlu dicari tahu juga
156
From this to this ter-random hari ini
157
Kita akan berujung melupakan. Kalau bukan karena usia, ya karena terpaksa
158
Aku sayang kamu, enggak bisa diukur pakai persentase. Kadang menggebu, kadang lesu. Kadang serius, kadang haha-hehe. Kadang ingin berjuang bersama, kadang cuma ingin menggabut berdua. Intinya, emang lebih baik ada kamu daripada enggak ada. Gitu
159
“Kalo tau ujungnya begini ….” Ya itu masalahnya. Kita enggak tahu
160
The mam and the pus
161
Konon, berpikir positif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh. Lalu, bagaimana caranya berpikir positif dengan perut yang lapar dan dagangan yang dipaksa bubar?
162
Yang udah ngepas, bisa berujung lepas. Yang udah cocok, bisa berujung saling blok. Yang udah membuat history, bisa berujung sebatas nonton story. Yang udah merakit cerita, bisa berujung menderita. Ya, namanya juga hidup, banyak plot twist-nya
163
Kadang, memang perlu menjauh dulu. Karena biasanya, dari jauh, baru bisa kelihatan mana kawan yang mencari, dan mana kawan yang mencaci
164
Perasaan belum cukup membahagiakannya, ditambah kesehatannya yang makin menurun, apa tidak sakit hati ini? Kita memang bertambah dewasa, tapi anak kecil dalam diri kita tidak pernah siap kehilangan orang tua
165
Kadang, kita pengin banget sesuatu, ngidam banget, dan ketika kita udah dapat, ternyata biasa aja. Seru di fase mengejar, hambar di fase memiliki. Manusia memang ahlinya berubah pikiran, ya
166
Masih sulit mengontrol emosi sendiri. Tapi setidaknya saya belajar untuk enggak menumpahkan di media sosial
167
Ada-ada aja Baim. Padahal saya suka lagunya yang, “Mengapa semua menangis? Padahal ku selalu tersenyum”
168
Sabar. Kalau emang jalannya, mau nyasar kayak gimana pun, ujungnya bakal ketemu
169
Prinsip saya dari dulu: Apa pun yang kita lakukan sama diri sendiri—mau enggak mau—turut memengaruhi keluarga. Kita sukses, keluarga ikut bangga. Kita gagal, keluarga ikut malu. Jaga diri = Jaga keluarga. Dah, inget itu aja tiap mau aneh-aneh
170
Belum sedekat itu, sudah sejauh ini
171
Sebetulnya cuma masalah kecil. Tapi jadi kerasa besar karena capek. Istirahat dulu coba
172
Kenapa seringkali kita suka dengan seseorang yang enggak bisa dimiliki? Karena beberapa hal memang lebih menyenangkan ketika masih ada di etalase, bukan ketika dimiliki. Hasemeleh
173
Heran. Yang bilang jangan pergi, ternyata malah pergi. Yang katanya bakal tinggal, ternyata malah ngucapin selamat tinggal. Yang banyak sumpah, ternyata berujung sumpah serapah. Yang katanya mau bareng selamanya, ternyata selamanya enggak lama-lama amat. Heran
174
Tuhan, kuatkan
175
Yang tidak memerlukan ucapan, tapi paling berat untuk dilakukan adalah: Memaafkan masa lalu